Wednesday, January 2, 2019

Aksiologis Pendidikan Matematika dengan Strategi Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter


R M Aadzaar1,* dan Marsigit2
1,2Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Abstrak. Setiap bangsa pasti memiliki karakter sebagai pembeda dengan bangsa lain. Karakter harus senantiasa ditanamkan pada generasi muda sehingga suatu bangsa tidak akan kehilangan identitasnya. Pendidikan karakter dapat menjadi sarana untuk menanamkan karakter bangsa. Melalui Kurikulum 2013, strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menanamkan karakter salah satunya adalah dengan strategi pembelajaran discovery learning. Dengan menggunakan strategi pembelajaran tersebut, siswa mampu menemukan konsep dan mampu membangun nilai-nilai matematika sehingga dapat membentuk kaakter dalam dirinya. Artikel ini akan membahas tentang Discovery Learning sebagai alternatif aksiologis pendidikan matematika untuk meningkatkan pendidikan karakter.

Friday, December 14, 2018

Wednesday, October 24, 2018

Menghadapi Determinism dengan Berikhtiar


Sebenar-benarnya hidup adalah determin. Tidak akan ada hidup jika tidak ada ‘jatuh pada’. Tidak akan ada ‘kamu’ jika ibumu ‘tidak jatuh pada’ ayahmu. ‘Tidak jatuh kepada’ yang dimaksud adalah jatuh cinta. Semua hidup, hakikatnya ‘jatuh pada’ atau determin sehingga lahirlah aliran determin.
Orang yang suka menjatuh-jatuhkan sifat seperti “Eh, kamu tukang terlambat!”. Padahal hanya terlambat sekali tapi sudah di-judge dan di-claim menjadi tukang terlambat sehingga berdosalah orang itu (yang men-judge dan meng-claim). Seperti saat ada direktur yang memberikan tanda tangan sehingga mahasiswa bisa yudisium, hal ini termasuk ‘jatuh pada’. Hal ini juga terjadi saat bernafas, oksigen ‘jatuh pada’ darahmu. Makan juga ‘jatuh pada’ darahmu.
Filsafat itu sama juga seperti keterkejutan. Ketidakpahaman adalah musuh filsafat. Orang jawa atau orang timur mementingkan harmoni karena hidup itu harmoni. Jika suka kejutan, maka itu adalah anak-anak. Sebagian menyukai kejutan karena bagian dari observasi dari dunia tapi harus pada tempatnya. Jangan sampai memberi kejutan kakek yang berulangtahun dengan petasan disetiap sudut rumah.

Saturday, March 21, 2015

Dibawah Puncak Gunung Es : Menggunakan Representasi untuk Mendukung Pemahaman Siswa

"Iceberg Model" diperkenalkan dan dikembangkan oleh Freudenthal Institute.  Model ini telah digunakan di Belanda untuk mendukung guru dalam mengidentifikasi representasi secara informal dan preformal yang membangun pemahaman siswa terhadap matematika secara formal.  Istilah puncak gunung es merupakan suatu prosedur formal yang ditargetkan atau direpresentasikan secara simbolis.  Sebagian besar gunung es yang ada di bawah air diwakili oleh kombinasi dari representasi informal.  Hal tersbeut termasuk saran tentang bagaimana model tersebut dapat digunakan untuk mendukung pengembangan profesional, perencanaan pembelajaran kolaboratif, dan identifikasi intervensi yang tepat.

Tuesday, March 17, 2015

Kreativitas dalam Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia


1.   Apa yang dimaksud dengan kreativitas?
Dengan berpikir secara kreatif nantinya imajinasi, intuisi, dan penemuan siswa akan selalu berkembang.  Nantinya yang perlu dilakukan agar aktifitas kreatif bisa berkembang adalah dengan cara memiliki pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi, membuat dugaan, dan selalu ngin mencoba-coba.  Indikator dalam menjalani kemampuan berpikir kreatif adalah fluency, flexibility, originality, dan elaboration. 

Saturday, October 25, 2014

Jurnal Tipe Pembelajaran Kooperatif

PKM. B. Rindang Maaris Aadzaar . 2013004113

25 September 2014

Pada mata kuliah Pembelajaran Kooperatif, setiap kelompok yang ada akan mempresentasikan dan mempraktekan hasil kerja kelompok mereka.  Kelompok yang tampil di kelas 5B ada sebanyak dua kelompok pada hari itu.  Kelompok yang tampil mempraktekan pembelajaran kooperatif dengan tipe Student Teams Achievement Devision (STAD) dan Make a Match (MM).
Metode pembelajaran yang pertama kali dipraktekkan adalah metode pembelajaran dengan tipe STAD.  Pada tipe STAD akan dibuat beberapa kelompok dengan jumlah anggota maksimal 6 orang.  Setelah itu guru akan memberikan Lembar Kerja Siswa atau LKS kepada masing-masing kelompok.  Siswa kemudian diberi waktu untuk mengerjakan LKS tersebut.  Lalu secara bersama-sama guru dan siswa akan membahas LKS tersebut.  Metode pembelajaran ini seperti kerja kelompok pada umumnya.