Wednesday, January 2, 2019

Aksiologis Pendidikan Matematika dengan Strategi Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter


R M Aadzaar1,* dan Marsigit2
1,2Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Abstrak. Setiap bangsa pasti memiliki karakter sebagai pembeda dengan bangsa lain. Karakter harus senantiasa ditanamkan pada generasi muda sehingga suatu bangsa tidak akan kehilangan identitasnya. Pendidikan karakter dapat menjadi sarana untuk menanamkan karakter bangsa. Melalui Kurikulum 2013, strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menanamkan karakter salah satunya adalah dengan strategi pembelajaran discovery learning. Dengan menggunakan strategi pembelajaran tersebut, siswa mampu menemukan konsep dan mampu membangun nilai-nilai matematika sehingga dapat membentuk kaakter dalam dirinya. Artikel ini akan membahas tentang Discovery Learning sebagai alternatif aksiologis pendidikan matematika untuk meningkatkan pendidikan karakter.


1.       Pendahuluan
Karakter selalu erat hubungannya dengan suatu bangsa, keunggulan suatu bangsa, keunggulan atas bangsa lain, dan pembeda unik yang dimiliki setiap bangsa [1]. Setiap bangsa pasti memiliki karakternya sehingga memiliki identitas sebagai suatu bangsa yang luhur. Hal ini berdampak pada pendidikannya dimana pendidikan yang ada pada sebuah bangsa juga harus menanamkan karakter kepada masyarakatnya. Menurut Dujmeransyah, pendidikan adalah kegiatan untuk memberikan pengetahuan agar kebudayaan dapat terus diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya [2]. Dengan begitu, karakter bangsa tidak akan hilang termakan perkembangan zaman.
Dalam pendidikan matematika, landasan filosofis dirasa sangatlah penting. Landasan filosofis tersebut adalah landasan aksiologis dimana merupakan landasan yang memusatkan pada hakikat, makna, dan peran nilai dalam kehidupan [3]. Hal ini dirasa penting terutama untuk diterapkan di Indonesia karena pendidikan yang ada sebelumnya cenderung mengorbankan nilai kehidupan yang manusiawi. Pendidikan seharusnya lebih memanusiakan manusia sehingga secara konstitusional, manusia dididik seutuhnya dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Anggapan matematika dalam pendidikan selalu merupakan mata pelajaran yang sulit, membosankan dan melelahkan [4]. Hal ini dikarenakan matematika dirasa merupakan mata pelajaran yang penuh dengan simbol dan disajikan secara abstrak. Untuk mempelajari matematika, penggunaannya harus dimaknai untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peran guru disini sangat penting dan guru harus mengajarkan bagaimana siswa dapat mendapatkan pengetahuan dengan menanamkan konsep matematika. Hal tersebut sangat penting karena matematika memang harus diajarkan sejak sekolah dasar sehingga siswa tumbuh sebagai individu yang dapat menggunakan matematika pada masa mendatang dan untuk jenjang yang lebih tinggi lagi [5].
Berdasarkan landasan aksiologi dalam pendidikan matematika, matematika tidak hanya bersifat formal, nilai yang terkandung di dalam matematika dan tujuan dalam mempelajari matematika juga harus dipikirkan. Penerapan pendidikan matematika dalam kehidupan sehari-hari harus benar-benar diperhatikan [6]. Nilai dapat dipandang berdasarkan konsep tentang segala sesuatu yang dirasa penting dalam kehidupan dan suatu kebersihan pemikiran. Dengan begitu, nilai berada dalam diri dan hati manusia yang terdiri dari ide dan gagasan tentang hal tersebut.
Strategi pembelajaran yang dirasa tepat digunakan untuk menanamkan konsep kepada siswa adalah strategi pembelajaran Discovery Learning. Strategi pembelajaran tersebut memiliki beberapa keuntungan, seperti mampu menjadikan siswa aktif dalam berpendapat dan mampu membantu siswa dalam memperkuat konsep belajar [7]. Dengan begitu, nilai-nilai matematika yang ada juga dapat disampaikan dengan baik oleh siswa. Konsep yang dikuasai juga dapat digunakannya untuk memecahkan masalah yang konstektual sesuai dengan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan pemaparan yang, artikel ini akan diulas lebih lanjut mengenai penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari untuk menanamkan pendidikan karakter. Dengan kata lain, artikel ini akan membahas pada kajian literatur mengenai aksiologis pendidikan matematika dengan Discovery Learning untuk meningkatkan pendidikan karakter.

2.       Nilai-nilai Matematika dan Pendidikan Matematika
Nilai-nilai dalam matematika dapat dijabarkan menjadi nilai praktis dan nilai guna; nilai kedisiplinan; nilai budaya; nilai rekreasi; nilai estetika; dan nilai demokrasi [8]. Hal tersebut mengacu pada pembelajaran matematika yang harus memperhatikan terwujudnya nilai praktis dan nilai guna. Sehingga pentingnya penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari benar-benar dijelaskan secara eksplisit dan secara implisit dalam setiap pembelajaran kepada siswa.
Menurut Marsigit, matematika sekolah adalah kegiatan untuk melakukan penelusuran pola dan hubungan; kegiatan yang memerlukan kreativitas, imajinasi, intuisi, dan penemuan; kegiatan yang memerlukan komunikasi; kegiatan pemecahan masalah; kegiatan untuk memperoleh jawaban-jawaban persoalan matematika dengan algoritma; dan kegiatan yang memerlukan interaksi sosial [9]. Oleh karena itu, matematika memiliki banyak tuntutan untuk mempelajarinya. Hal tersebut terasa tidak mungkin untuk dilakukan tanpa adanya penyampaian matematika yang baik dalam pembelajaran. Matematika harus disampaikan tidak hanya berdasarkan materinya saja, tetapi nilai-nilai matematika juga harus disampaikan dengan baik.

3.       Pendidikan karakter
Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan secara terencana dan bukan hanya untuk mengenal melalui pembelajaran kognitif saja, tetapi memerlukan adanya internalisasi nilai-nilai dan memerlukan kepedulian [10]. Nilai-nilai dalam pendidikan karakter meliputi pada ranah kognitif dan psikomotoris. Tujuan dari pendidikan nilai tidak hanya untuk memiliki pengetahuan tentang nilai saja, tetapi juga untuk menumbuhkan rasa simpati dan empati. Oleh karena itu, waktu yang diperlukan tidak singkat agar dapat tertanam dengan baik dan siswa dapat memiliki budi pekerti yang luhur [11].
Program untuk meningkatkan pendidikan karakter berusaha untuk mengungkapkan variabilitas substansial. Pada perkembangan moral yang dianggap sebagai elemen yang penting, pendidikan karakter disebut sebagai program sekolah untuk meningkatkan karakteristik psikologis yang mampu memotivasi dan memungkinkan siswa bertindak secara etis, demokratis, sosial efektif, dan produktif [12]. Program pendidikan karakter yang disarankan oleh Berkowitz et al. (2012) ditandai dengan lokasi pelaksanaannya di sekolah, pembinaan karakteristik psikologis tertentu, dan fokus pada karakteristik untuk meningkatkan fungsi etis dan sosial [13].

4.       Discovery Learning pada Kurikulum 2013
Kurikulum di Indonesia menggunakan Kurikulum 2013 dimana menurut Kemendikbud, tujuan dari menggunakan kurikulum tersebut adalah agar generasi muda Indonesia dapat menjadi generasi yang lebih baik di masa mendatang. Selain itu dalam Kurikulum 2013, guru dituntut untuk pengajarannya lebih berorientasi pada karakteristik kompetensi yaitu sikap, keterampilan dan pengetahuan [14]. Dengan begitu, pendekatan pembelajaran yang bisa diterapkan pada Kurikulum 2013 adalah Pendekatan Ilmiah (Saintifik) dengan karakteristik kompetensi pada setiap jenjang dan mengutamakan penggunaan strategi pembelajaran salah satunya adalah strategi pembelajaran Discovery Learning, Problem-Based Learning, dan Project-Based Learning.
Pembelajaran dengan menggunakan discovery learning dapat membuat siswa menyimpulkan karakteristik yang bisa didapatkan dalam pembelajaran. Contohnya adalah seperti saat siswa mengeksplorasi prinsip, konsep, aturan, dan istilah dari percobaan yang disimulasikan [15]. Secara analogi, discovery learning adalah strategi pembelajaran dimana siswa melakukan penemuan secara terbimbing dan bermanfaat agar siswa dapat menelukan solusi kanonik [16].

5.       Penelitian dan Diskusi
Tabel 1 menunjukkan hasil dari penelusuran artikel-artikel terkait Discovery Learning yang digunakan sebagai alternatif aksiologis pendidikan matematika untuk meningkatkan pendidikan karakter.
Tabel 1. Ringkasan hasil penelusuran artikel yang sesuai

Penulis
Tahun
Negara
[16]
Thorsten Bell, Detlef Urhahne, Sascha Schanze & Rolf Ploetzner
2009
Jerman
[17]
Brian R. Flay & Carol G. Allred
2010
Amerika Serikat
[18]
Josef Künsting, Joachim Wirth, & Fred Paas
2011
Jerman
[19]
Maeghan N. Hennessey & Kelli Higley & Steven R. Chesnut
2012
Amerika Serikat
[20]
Chuang Wang, Drew Polly, Amy Lehew, David Pugalee, Richard Lambert, & Christie Sullivan Martin
2013
Amerika Serikat
[21]
Katharina Loibl dan Nikol Rummel
2014
Jerman
[22]
Kiki Yuliani & Sahat Saragih
2015
Indonesia
[23]
Mohammad Chowdhury
2016
Australia
[24]
Akhsanul In'am dan Siti Hajar
2017
Indonesia
[25]
Akhsanul In'am
2018
Indonesia

Dari beberapa artikel penelusuran yang terkait Discovery Learning, didapatkan analisis bahwa dengan Discovery Learning dapat digunakan sebagai alternatif aksiologis pendidikan matematika untuk meningkatkan pendidikan karakter.
Salah penelitian pada artikel-artikel terkait diatas adalah penelitian yang dilakukan oleh In'am dan Hajar (2017) [24], didapatkan kesimpulan bahwa guru yang menggunakan strategi pembelajaran Discovery Learning dengan Pendekatan Ilmiah mampu meningkatkan keinovatifan dan meningkatkan kemampuan guru. Peningkatan tersebut terlihat dengan persiapan guru yang baik dan sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, siswa melakukan stimulus yaitu dengan mengamati dan mengajukan pertanyaan saat pembelajaran. Aktivitas yang paling sering dilakukan adalah mengidentifikasi masalah menggunakan pendekatan ilmiah adalah alasan. Hasil pembelajaran juga dapat dikatakan dengan baik disamping siswa mampu mendapatkan karakter melalui nilai matematika dalam hal mampu mengamati dan mampu mengajukan pertanyaan sehingga mampu mengkonstruk konsep yang didapatkan.

6.       Kesimpulan
Nilai-nilai dalam matematika seperti nilai praktis dan nilai guna; nilai kedisiplinan; nilai budaya; nilai rekreasi; nilai estetika; dan nilai demokrasi dapat didapatkan melalui strategi pembelajaran sehingga siswa mampu mendapatkan pendidikan karakter yang baik. Siswa mendapatkan kesempatan untuk berpendapat dalam mengajukan pertanyaan atau menyimpulkan penemuan yang didapatkan sehingga didapatkan nilai demokrasi. Melalui nilai tersebut siswa dapat memahami konsep juga sehingga didapatkan nilai praktis dan nilai guna. Disisi lain, nilai-nilai dalam pendidikan karakter yang ranah kognitif dan psikomotoris juga ddidapatkan oleh siswa sekaligus melalui pembelejaran dengan strategi pembelajaran discovery learning. Oleh karena itu, dengan Discovery Learning dapat digunakan sebagai alternatif aksiologis pendidikan matematika untuk meningkatkan pendidikan karakter.

7.       Referensi
[1]     Prabowo, A., & Pramono, S. (2010). Memahat Karakter Melalui Pembelajaran Matematika. Proceedings of the 4th International Conference on Teacher Education
[2]     Soeprapto, S. (2013). Landasan Aksiologis Sistem Pendidikan Nasional Indonesia dalam Perspektif Filsafat Pendidikan. Cakrawala Pendidikan, 2(1). 267. https://doi.org/ 10.21831/cp.v0i2.1485
[3]     Surakhmad, W. (2009). Pendidikan Nasional, Strategi, dan Tragedy Jakarta: Kompas
[4]     Lewis, G., & Forsythe, S. (Juli 2018). Factors for and against choosing mathematics study post-16. Mathematics Teaching, 262. 11-13. Retrieved from https://www.atm.org. uk/Mathematics-Teaching-Journal-Archive/143143
[5]     Toptaşa, V., & Gözelb, E. (2018). Investigation of the Metaphorical Perceptions of the Parents on the Concept of “Mathematics”. International Electronic Journal of Elementary Education, 10(5). 621. https://doi.org/10.26822/iejee.2018541311
[6]     Dewi, H. L., & Hasanah, A. (2017). Penerapan Pembelajaran Nilai-Nilai Yang Terintegrasi Pada Materi Matematika SMA Kelas XI. Seminar Matematika Dan Pendidikan Matematika UNY
[7]     Kemendikbud. (2013). Modul Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan.
[8]     Susanto, H. A., (2012). Nilai Matematika dan Pendidikan Matematika dalam Pembentukan Kepribadian. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, 19(1). 116. Retrieved from http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-pembelajaran/article/view/3205
[9]     Marsigit. (2011). Pengembangan Nilai-nilai Matematika dan Pendidikan Matematika sebagai Pilar Pembangunan Karakter Bangsa. Seminar Nasional Nilai-nilai dan Aplikasi dalam Dunia Matematika sebagai Pilar Pembangunan Karakter Bangsa UNNES
[10]   Haryanto. (2011) Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara. Cakrawala Pendidikan. XXX. 17.
[11]   Jirzanah. (2008). Aktualisasi Pemahaman Nilai Menurut Max Scheler Bagi Masa depan Bangsa Indonesia. Jurnal Filsafat Wisdom, XVIII(1). 109. https://doi.org/ 10.22146/jf.3519
[12]   Berkowitz, M. W., Althof, W., & Bier, M. C. (2012). The practice of pro-social education. The handbook of prosocial education. Lanham, MD: Rowman & Littlefield.
[13]   Berkowitz, M. W. (2012). Moral and character education. Individual differences and cultural and contextual factors. Washington, DC: American Psychological Association.
[14]   Kemendikbud. (2013). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs matematika. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
[15]   Eckhardt, M., Urhahne, D., Conrad, O., & Harms, U. (2013). How effective is instructional support for learning with computer simulations?. Instructional Science, 41(1). 106. https://doi.org/10.1007/s11251-012-9220-y
[16]   Bell, T., Urhahne, D., Schanze S., & Ploetzner, R. (2009). Collaborative Inquiry Learning: Models, tools, and challenges. International Journal of Science Education, 32(3). 349. https://doi.org/10.1080/09500690802582241
[17]   Flay, B. R., & Allred, C. G. (2010). The Positive Action Program: Improving Academics, Behavior, and Character by Teaching Comprehensive Skills for Successful Learning and Living. International Research Handbook on Values Education and Student Wellbeing. 471. https://doi.org/10.1007/978-90-481-8675-4_28
[18]   Künsting, J., Wirth, J., & Paas, F. (2011). The goal specificity effect on strategy use and instructional efficiency during computer-based scientific discovery learning. Computers & Education, 56(3). 668. https://doi.org/10.1016/j.compedu.2010.10.009
[19]   Hennessey, M. N, Higley, K., & Chesnut, S. R. (2012). Persuasive Pedagogy: A New Paradigm for Mathematics Education. Educational Psychology Review. Educational Psychology Review, 24(2). 187. https://doi.org/10.1007/s10648-011-9190-
 [20]  Wang, C., Polly, D., Lehew, A., Pugalee, D., Lambert, R., & Martin, C. S. (2013). Supporting Teachers' Enactment of Elementary School Student-Centered Mathematics Pedagogies: The Evaluation of a Curriculum-Focused Professional Development Program. New Waves, 16(1). 76. Retrieved from https://www.questia.com/library/ journal/1P3-3287016001/supporting-teachers-enactment-of-elementary-schoo
[21]   Loibl, K., & Rummel, N. (2014). The impact of guidance during problem-solving prior to instruction on students’ inventions and learning outcomes. Instructional Science, 42(3). 305. https://doi.org/10.1007/s11251-013-9282-5
[22]   Yuliani, K., & Saragih, S. (2015). The Development of Learning Devices Based Guided Discovery Model to Improve Understanding Concept and Critical Thinking Mathematically Ability of Students at Islamic Junior High School of Medan. Journal of Education and Practice, 6(24). Retrieved from https://eric.ed.gov/?id=EJ1078880
[23]   Chowdhury, M. (2016). Emphasizing Morals, Values, Ethics, And Character Education In Science Education And Science Teaching. The Malaysian Online Journal of Educational Science, 4(2). 1. Retrieved from https://files.eric.ed.gov/fulltext/ EJ1095995.pdf
[24]   In'am, A., & Siti, H. (2017). Learning Geometry through Discovery Learning Using a Scientific Approach. International Journal of Instruction, 10(1). Retrieved from https://eric.ed.gov/?id=EJ1125137
[25]   In'am, A. (2018). Learning Geometry through Discovery Learning Using a Scientific Approach. International Journal of Instruction, 10(1). 1694. Retrieved from http://www.e-iji.net/dosyalar/iji_2017_1_4.pdf

No comments:

Post a Comment

Mari berkomentar...