Thursday, December 28, 2023

Mengapa Kurikulum Perlu Berubah?

 


Mohon untuk mengisikan umpan balik pada link berikut

Friday, October 20, 2023

Aksi Nyata Modul 1.4 - Diseminasi Budaya Positif di Sekolah Oleh : Rindang Maaris Aadzaar, M.Pd.

 

Aksi Nyata Modul 1.4

Diseminasi Budaya Positif di Sekolah

Oleh : Rindang Maaris Aadzaar, M.Pd.

 

Pada hari Rabu dan Kamis tanggal 12 dan 13 Oktober 2023, saya dan beberapa murid saya (Disya Eka Cahyani, Fiona Adelia, dan Muhammad Nyoman Satra Nugroho) untuk melakukan praktik Segitiga Resitusi. Kasus yang diangkat untuk praktik tersebut adalah kasus siswa terlambat dating ke sekolah dan kasus siswa bermain HP saat pelajaran. Dari praktik baik tersebut, saya dan para murid mempelajari hal yang baru, yaitu bagaimana perasaan kami apabila Segitiga Restitusi tersebut dilakukan dengan baik di sekolah. Tentunya budaya potif akan tertanam dengan baik di sekolah.

Selain melakukan praktik Segitiga Resitusi, saya juga mendengarkan perasaan yang dialami para murid apabila guru di sekolah menerapkan Segitia Restitusi dalam menyelesaikan masalah murid. Murid merasa lebih nyaman dan merasa lebih disayangi oleh guru karena biasanya permasalahan yang dilakukan oleh murid identik dengan adanya hukuman yang menanti mereka.


Friday, September 1, 2023

Bedah Puisi : Budaya Bangsa

Dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin membedah puisi akrostik yang telah saya buat dengan judul Budaya Bangsa. Berikut ini adalah puisi Budaya Bangsa dan juga penjelasan saya mengenai maksud isi puisi tersebut.


Budaya Bangsa
Puisi Akrostik - Rindang Maaris Aadzaar

Berpadu dalam kebudayaan
Untuk menyongsong pendidikan
Dimana benih-benih disemaikan
Agar mencapai suatu peradaban
Yang bangsa ini selalu cita-citakan
Akulah nilai-nilai kebangsaan

Berbeda, tidak menghalangi
Aku merasa merdeka dalam diri
Nun kesempurnaan budi pekerti
Guru menghamba siswa dan siswi
Segala ikatan membebaskan diri
Agar tercapai sucinya hati

Tuesday, August 29, 2023

Belajar Bersama Alam : Membangun Suasana Kelas yang Mendukung Pembelajaran

Sebelum saya mengenal lebih jauh lagi tentang "Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara", yang ada dalam benak saya adalah bagaimana mengajarkan siswa dari yang tidak bisa menjadi bisa. Tujuan utama saya sebagai seorang guru masih berpusat pada bagaimana siswa bisa mendapatkan nilai yang baik di pelajaran yang saya ajarkan. Ternyata, hal tersebut tidak sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara. 

Filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah tentang perubahan yang tertuang dalam Tiga Kerangka Perubahan yaitu kodrat keadaan, prinsip perubahan, dan budi pekerti. Kodrat keadaan dibagi menjadi dua, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah kondisi dimana alam tempat masyarakat itu berada sehingga membentuk sebuah kebudayaan atau kebiasaan sebuah masyarakat. Sedangkan kodrat zaman adalah kondisi yang dapat dilihat dari walaupun alamnya sama, tetapi tidak pernah sama dari waktu ke-waktu. Seperti revolusi industri yang berkembang dari waktu ke waktu.

Pada prinsip perubahan, menganut Asas Trikon, yaitu Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris. Pada kontinuitas, dalam melakukan perubahan, kita harus melakukan sebuah dialog kritis dengan sejarah kita sehingga dapat terjaga dengan baik. Kita harus menjaga nilai utama dari masyarakat dan berakar pada identitas utama dari sebuah masyarakat ini. Walaupun perubahan itu menjawab kodrat zaman, tapi nilai esensi budaya masyarakat itu harus tetap dipegang. Pada konvergensi, perubahan yang kita lakukan itu harus menuju pada suatu titik yang memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan harus memanusiakan dan memperkuat kemanusiaan kita. Sedangkan pada konsentris, walaupun menuju pada nilai-nilai yang sama, tapi kita tetap harus menghargai keragaman yang ada karena setiap individu selalu berbeda. Pendidikan harus menghargai keunikan dan memerdekakan karena masing-masing sesuai dengan kodratnya.

Budi artinya cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (kemauan). Sedangkan pekerti artinya tenaga (raga). Olah cipta menajamkan pikiran, olah rasa menghaluskan rasa, olah karsa memperkuat kemauan, dan olah raga menyehatkan jasmani. Komponen-komponen tersebut harus seimbang saat terjadinya perubahan tersebut. Pendidikan tidak bisa timpang. Pendidikan itu harus holistik dan seimbang. Apabila dapat terlaksana dengan baik, hal ini akan terjadi kesempurnaan budi pekerti yang membawa kita pada kebijaksanaan. Jika kita melakukan pendidikan yang seimbang dan tumbuh kembang anak yang holistik, maka akan menghadirkan banyak insan-insan yang penuh kebijaksanaan. Sebaliknya, jika kita melakukan pendidikan yang timpang, maka kita akan menciptakan masyarakat yang langka. Bahkan mungkin hampa dengan kebijaksanaan. Pada akhirnya, semua disiplin ilmu harus menuju kepada kebijaksanaan.

Berdasarkan filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara, hal tersebut merubah pemikiran dan perilaku saya dalam pembelajaran. Dalam melakukan pembelajaran, saya harus tetap memperhatikan Tiga Kerangka Perubahan yaitu kodrat keadaan, prinsip perubahan, dan budi pekerti. Sebagai guru SMP, saya memandang siswa masih memiliki jiwa kekanak-kanak yang dibawanya dari SD. Apabila pembelajaran yang dilakukan melibatkan jiwa permainan atau petualangan anak, tentunya akan menimbulkan dampak positif dalam pembelajaran. 


Monday, October 31, 2022

Inovasi Pembelajaran Matematika Kolaboratif dengan Worked Example Complex-Complex Berbasis TIK Terintegerasi Kearifan Lokal Daerah Istimewa Yogyakarta (Praktik Baik PembaTIK Level

 

Inovasi Pembelajaran Matematika Kolaboratif dengan

Worked Example Complex-Complex

Berbasis TIK Terintegerasi Kearifan Lokal Daerah Istimewa Yogyakarta

 

Gambar 1. Siswa Mengerjakan Lembar Kerja Saat Praktik Baik Dilakukan

 

Permasalahan matematika dapat berasal dari kehidupan sehari-hari. Permasalahan matematika yang digunakan sangat dekat dengan kehidupan manusia disebut dengan kontekstual (Lutfianto, Zulkardi, & Hartono, 2013: 188). Pembelajaran dengan permasalah kontekstual melibatkan aktivitas siswa untuk memecahkan masalah dengan keterlibatan yang aktif, extensive networking, komunikasi dan kolaborasi (Brown & Mbati, 2015: 124). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Widjaja (2013: 158) tentang penggunaan masalah kontekstual untuk mendukung pembelajaran matematika, didapatkan kesimpulan bahwa masalah kontekstual mampu mengarah pada pembelajaran yang lebih bermakna disaat siswa aktif dalam diskusi dengan mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi, menjelaskan, dan membenarkan alasan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.

SMP Negeri 1 Manisrenggo adalah sekolah yang berada diperbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Sekolah tersebut hanya berjarak kurang lebih 6 km dari Candi Prambanan. Oleh karena itu, sebagian besar siswa mengenal dekat tentang apa itu Candi Prambanan.

Berdasarkan penekanan agar siswa mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna, disini penulis telah melakukan praktik baik di kelas. Penulis menggunakan Candi Prambanan sebagai kearifan lokal Daerah Istimewa Yogyakarta untuk pembelajaran dengan permasalah kontekstual yang lebih bermakna.

Thursday, January 10, 2019

Aksiologis Pendidikan Matematika untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter


Aksiologis Pendidikan Matematika
untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter
Oleh : Rindang Maaris Aadzaar dan Marsigit

1.       PENDAHULUAN
Karakter selalu erat hubungannya dengan suatu bangsa, keunggulan suatu bangsa, keunggulan atas bangsa lain, dan pembeda unik yang dimiliki setiap bangsa. Setiap bangsa pasti memiliki karakternya sehingga memiliki identitas sebagai suatu bangsa yang luhur. Hal ini berdampak pada pendidikannya dimana pendidikan yang ada pada sebuah bangsa juga harus menanamkan karakter kepada masyarakatnya. Menurut Dujmeransyah, pendidikan adalah kegiatan untuk memberikan pengetahuan agar kebudayaan dapat terus diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya. Dengan begitu, karakter bangsa tidak akan hilang termakan perkembangan zaman.

Wednesday, January 2, 2019

Aksiologis Pendidikan Matematika dengan Strategi Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan Pendidikan Karakter


R M Aadzaar1,* dan Marsigit2
1,2Program Studi Magister Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Yogyakarta, Indonesia

Abstrak. Setiap bangsa pasti memiliki karakter sebagai pembeda dengan bangsa lain. Karakter harus senantiasa ditanamkan pada generasi muda sehingga suatu bangsa tidak akan kehilangan identitasnya. Pendidikan karakter dapat menjadi sarana untuk menanamkan karakter bangsa. Melalui Kurikulum 2013, strategi pembelajaran yang dapat diterapkan untuk menanamkan karakter salah satunya adalah dengan strategi pembelajaran discovery learning. Dengan menggunakan strategi pembelajaran tersebut, siswa mampu menemukan konsep dan mampu membangun nilai-nilai matematika sehingga dapat membentuk kaakter dalam dirinya. Artikel ini akan membahas tentang Discovery Learning sebagai alternatif aksiologis pendidikan matematika untuk meningkatkan pendidikan karakter.