Dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin membedah puisi akrostik yang telah saya buat dengan judul Budaya Bangsa. Berikut ini adalah puisi Budaya Bangsa dan juga penjelasan saya mengenai maksud isi puisi tersebut.
Budaya Bangsa
Puisi Akrostik - Rindang Maaris Aadzaar
Berpadu dalam kebudayaan
Untuk menyongsong pendidikan
Dimana benih-benih disemaikan
Agar mencapai suatu peradaban
Yang bangsa ini selalu cita-citakan
Akulah nilai-nilai kebangsaan
Berbeda, tidak menghalangi
Aku merasa merdeka dalam diri
Nun kesempurnaan budi pekerti
Guru menghamba siswa dan siswi
Segala ikatan membebaskan diri
Agar tercapai sucinya hati
Pada bait pertama, "Berpadu dalam kebudayaan. Untuk menyongsong pendidikan" yang memiliki arti bahwa pendidikan tidak bisa lepas dari kebudayaan dan kebudayaan harus berada di dalam pendidikan. Hal tersebut termetafora pada baris berikutnya yang berbunyi "Dimana benih-benih disemaikan.". Guru dalam di dunia pendidikan ibarat seperti petani yang sedang menyemaikan benih-benih. Guru akan terus merawat benih-benih tersebut sampai tumbuh menjadi apa yang diharapkan. Hal tersebut sesuai dengan kata-kata "Agar mencapai suatu peradaban. Yang bangsa ini selalu cita-citakan. Akulah nilai-nilai kebangsaan" merupakan penegas bahwa dunia pendidikan tidak hanya membutuhkan siswa yang mampu mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaran, tetapi siswa juga harus memiliki karakter bangsa yang kuat.
Bait kedua merenangkan bagaimana menghadapi kenyata
an yang dihadapi oleh saya di lingkungan kelas dan sekolah. "Berbeda, tidak menghalangi" merupakan gambaran siswa-siswa yang memiliki karakter yang berbeda dalam setiap kelas. Sebagai guru yang menerapkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya merasa bahwa perbedaan tersebut bukanlah menjadi penghalang dalam balajar. Setiap
siswa memiliki keunikannya masing-masing dan tidak bisa dipaksakan kemampuannya
untuk disamaratakan. Hal tersebut saya gambarkan pada baris berikutnya yang berbunyi "Aku merasa merdeka dalam diri. Nun kesempurnaan budi pekerti".
Dari perbedaan yang ada pada siswa, tentunya sebagai guru, saya yang harus menjadi pelayan siswa seperti "Guru menghamba siswa dan siswi. Segala ikatan membebaskan diri. Agar tercapai sucinya hati". Makna dari kata menghamba tersebut adalah saya melihat dalam mengajar, saya harus menerapkan asas Trikon dengan baik (Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris). Dalam
melakukan transformasi pendidikan, kita harus melakukan sebuah dialog kritis dengan sejarah
kita sehingga dapat terjaga dengan baik. Kita harus menjaga nilai utama dari masyarakat
dan berakar pada identitas utama dari sebuah masyarakat. Walaupun transformasi pendidikan menjawab kodrat zaman, tapi nilai esensi budaya masyarakat itu harus tetap
dipegang. transformasi pendidikan yang kita lakukan itu harus menuju pada suatu titik yang memperkuat nilai-nilai
kemanusiaan. Pendidikan harus memanusiakan dan memperkuat kemanusiaan kita. Walaupun
menuju pada nilai-nilai yang sama, tapi kita tetap harus menghargai keragaman
yang ada karena setiap individu selalu berbeda. Pendidikan harus menghargai
keunikan dan memerdekakan karena masing-masing sesuai dengan kodratnya.
Berdasarkan Asas Trikon yang saya pahami dan saya terapkan berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara, saya melakukan pembelajaran yang menyisipkan nilai-nilai kebudayaan tanpa melupakan kodrat alam dan kodrat zaman siswa. Saat pelajaran Informatika, saya mengajak siswa ke laboratorium komputer untuk mengenal lebih jauh lagi tentang "Yaaqowiyu" atau tradisi Saparan melalui bantuan internet. Yaaqowiyu adalah tradisi sebaran apem di Jatinom sebagai bentuk warga untuk mencari berkat. Relevansi dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah penananam nilai-nilai kemanusian pada siswa seperti gotong royong, religius, dan toleransi. Dalam pengumpulan tugas, saya juga membebaskan siswa untuk mengumpulkannya dalam bentuk apapun sesuai dengan kodrat zaman dan alam para siswa. Contohnya adalah siswa dapat mengumpulkannya dalam bentuk video yang diupload di TikTok, Instagram, WhatsApp, Twitter, dan berbagai macam aplikasi lainnya.
No comments:
Post a Comment
Mari berkomentar...