"Iceberg
Model" diperkenalkan dan dikembangkan oleh Freudenthal Institute. Model ini telah digunakan di Belanda untuk
mendukung guru dalam mengidentifikasi representasi secara informal dan
preformal yang membangun pemahaman siswa terhadap matematika secara
formal. Istilah puncak gunung es
merupakan suatu prosedur formal yang ditargetkan atau direpresentasikan secara
simbolis. Sebagian besar gunung es yang
ada di bawah air diwakili oleh kombinasi dari representasi informal. Hal tersbeut termasuk saran tentang bagaimana
model tersebut dapat digunakan untuk mendukung pengembangan profesional,
perencanaan pembelajaran kolaboratif, dan identifikasi intervensi yang tepat.
Dalam mata pelajaran
matematika perkembangan postsecondary, guru percaya bahwa siswa perlu
diberitahu cara untuk memecahkan masalah dan bukan memotivasi siswa untuk
berpikir sendiri. Jarang rasanya siswa memiliki
kesempatan untuk mengeksplorasi konteks masalah yang ada. Melalui pendekatan
instruksional membuat siswa sering fokus pada cara belajar siswa dalam
matematika formal tanpa melakukan representasi pra-formal yang bisa kontraproduktif
bagi banyak siswa. Untuk siswa, kurangnya relevansi sering menyebabkan
frustrasi.
Prinsip PMRI adalah
keterlibatan matematika untuk siswa yang harus dimulai dalam konteks masalah
yang bermakna. Perkembangan pemahaman
dan kemampuan setiap siswa untuk memahami representasi matematika dimulai
dengan adanya penalaran secara formal dari siswa tersebut. Untuk menggambar perspektif kognitif
pembelajaran, siswa akan menghubungkan pengetahuan melalui representasi matematika.
Akibatnya, cara untuk mengetahui dan
melakukan pembelajaran matematika dibangun dari perspektif siswa. Konteks dunia nyata dapat digunakan tetapi
hal tersebut tidak selalu diperlukan. Biasanya konteks yang ideal yang bisa
digunakan untuk memotivasi strategi matematika yang kuat.
Guru akan
memperkenalkan siswa dengan strategi dan model pra-formal. Strategi pra-formal biasanya
lebih singkat dan efisien. Manfaat
tambahan yang ditawarkan lebih erat kaitannya dengan bagaimana siswa memandang
suatu masalah. Konteks tidak ditambahkan
pada akhir pembelajaran. Konteks lebih
berfungsi sebagai titik awal yang realistis agar siswa terlibat dan bisa
berpikir sendiri. Konteks ini kemudian
ditambah dengan masalah berturut-turut sehingga strategi untuk mengembangkan pembelajaran
yang koheren akan terus terbangun dan memperkuat hubungan antara konteks,
konsep, pengetahuan prosedural, dan pemahaman siswa matematika secara formal.
Gunung es terdiri dari
puncak gunung es dan area yang jauh lebih besar pada bagian bawahnya. Puncak gunung es merupakan suatu prosedur
formal. Namun sebelum tingkat formal ini
tercapai, keterampilan dan wawasan harus dikembangkan. Nantinya pengetahuan siswa terdorong
menggunakan istilah atau bahasa matematika.
Kemudian siswa menggunakan model terstruktur yang mengarah pada
pemahaman yang lebih dalam secara simbolis.
Model seperti ini telah menjadi cara yang efektif untuk melakukan prosedur
formal. Selain itu mengabaikan
representasi yang di bawah permukaan bukanlah cara yang paling efektif untuk
memfasilitasi pemahaman siswa tentang matematika.
No comments:
Post a Comment
Mari berkomentar...