Dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin membedah puisi akrostik yang telah saya buat dengan judul Budaya Bangsa. Berikut ini adalah puisi Budaya Bangsa dan juga penjelasan saya mengenai maksud isi puisi tersebut.
Friday, September 1, 2023
Bedah Puisi : Budaya Bangsa
Tuesday, August 29, 2023
Belajar Bersama Alam : Membangun Suasana Kelas yang Mendukung Pembelajaran
Sebelum saya mengenal lebih jauh lagi tentang "Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara", yang ada dalam benak saya adalah bagaimana mengajarkan siswa dari yang tidak bisa menjadi bisa. Tujuan utama saya sebagai seorang guru masih berpusat pada bagaimana siswa bisa mendapatkan nilai yang baik di pelajaran yang saya ajarkan. Ternyata, hal tersebut tidak sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah tentang perubahan yang tertuang dalam Tiga Kerangka Perubahan yaitu kodrat keadaan, prinsip perubahan, dan budi pekerti. Kodrat keadaan dibagi menjadi dua, yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam adalah kondisi dimana alam tempat masyarakat itu berada sehingga membentuk sebuah kebudayaan atau kebiasaan sebuah masyarakat. Sedangkan kodrat zaman adalah kondisi yang dapat dilihat dari walaupun alamnya sama, tetapi tidak pernah sama dari waktu ke-waktu. Seperti revolusi industri yang berkembang dari waktu ke waktu.
Pada prinsip perubahan, menganut Asas Trikon, yaitu Kontinuitas, Konvergensi, dan Konsentris. Pada kontinuitas, dalam melakukan perubahan, kita harus melakukan sebuah dialog kritis dengan sejarah kita sehingga dapat terjaga dengan baik. Kita harus menjaga nilai utama dari masyarakat dan berakar pada identitas utama dari sebuah masyarakat ini. Walaupun perubahan itu menjawab kodrat zaman, tapi nilai esensi budaya masyarakat itu harus tetap dipegang. Pada konvergensi, perubahan yang kita lakukan itu harus menuju pada suatu titik yang memperkuat nilai-nilai kemanusiaan. Pendidikan harus memanusiakan dan memperkuat kemanusiaan kita. Sedangkan pada konsentris, walaupun menuju pada nilai-nilai yang sama, tapi kita tetap harus menghargai keragaman yang ada karena setiap individu selalu berbeda. Pendidikan harus menghargai keunikan dan memerdekakan karena masing-masing sesuai dengan kodratnya.
Budi artinya cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (kemauan). Sedangkan pekerti artinya tenaga (raga). Olah cipta menajamkan pikiran, olah rasa menghaluskan rasa, olah karsa memperkuat kemauan, dan olah raga menyehatkan jasmani. Komponen-komponen tersebut harus seimbang saat terjadinya perubahan tersebut. Pendidikan tidak bisa timpang. Pendidikan itu harus holistik dan seimbang. Apabila dapat terlaksana dengan baik, hal ini akan terjadi kesempurnaan budi pekerti yang membawa kita pada kebijaksanaan. Jika kita melakukan pendidikan yang seimbang dan tumbuh kembang anak yang holistik, maka akan menghadirkan banyak insan-insan yang penuh kebijaksanaan. Sebaliknya, jika kita melakukan pendidikan yang timpang, maka kita akan menciptakan masyarakat yang langka. Bahkan mungkin hampa dengan kebijaksanaan. Pada akhirnya, semua disiplin ilmu harus menuju kepada kebijaksanaan.
Berdasarkan filsafat pendidikan Ki Hajar Dewantara, hal tersebut merubah pemikiran dan perilaku saya dalam pembelajaran. Dalam melakukan pembelajaran, saya harus tetap memperhatikan Tiga Kerangka Perubahan yaitu kodrat keadaan, prinsip perubahan, dan budi pekerti. Sebagai guru SMP, saya memandang siswa masih memiliki jiwa kekanak-kanak yang dibawanya dari SD. Apabila pembelajaran yang dilakukan melibatkan jiwa permainan atau petualangan anak, tentunya akan menimbulkan dampak positif dalam pembelajaran.
Monday, October 31, 2022
Inovasi Pembelajaran Matematika Kolaboratif dengan Worked Example Complex-Complex Berbasis TIK Terintegerasi Kearifan Lokal Daerah Istimewa Yogyakarta (Praktik Baik PembaTIK Level
Inovasi
Pembelajaran Matematika Kolaboratif dengan
Worked
Example Complex-Complex
Berbasis
TIK Terintegerasi Kearifan Lokal Daerah Istimewa Yogyakarta
Gambar 1. Siswa Mengerjakan Lembar Kerja Saat Praktik Baik Dilakukan
Permasalahan
matematika dapat berasal dari kehidupan sehari-hari. Permasalahan matematika
yang digunakan sangat dekat dengan kehidupan manusia disebut dengan kontekstual
(Lutfianto, Zulkardi, & Hartono, 2013: 188). Pembelajaran dengan permasalah
kontekstual melibatkan aktivitas siswa untuk memecahkan masalah dengan
keterlibatan yang aktif, extensive networking, komunikasi dan kolaborasi (Brown
& Mbati, 2015: 124). Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Widjaja
(2013: 158) tentang penggunaan masalah kontekstual untuk mendukung pembelajaran
matematika, didapatkan kesimpulan bahwa masalah kontekstual mampu mengarah pada
pembelajaran yang lebih bermakna disaat siswa aktif dalam diskusi dengan
mengajukan pertanyaan sebagai klarifikasi, menjelaskan, dan membenarkan alasan
siswa dalam menyelesaikan suatu masalah.
SMP
Negeri 1 Manisrenggo adalah sekolah yang berada diperbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta
dan Jawa Tengah. Sekolah tersebut hanya berjarak kurang lebih 6 km dari Candi
Prambanan. Oleh karena itu, sebagian besar siswa mengenal dekat tentang apa itu
Candi Prambanan.
Berdasarkan
penekanan agar siswa mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna, disini penulis
telah melakukan praktik baik di kelas. Penulis menggunakan Candi Prambanan
sebagai kearifan lokal Daerah Istimewa Yogyakarta untuk pembelajaran dengan
permasalah kontekstual yang lebih bermakna.