Sebenar-benarnya hidup adalah determin. Tidak akan ada hidup jika tidak
ada ‘jatuh pada’. Tidak akan ada ‘kamu’ jika ibumu ‘tidak jatuh pada’ ayahmu. ‘Tidak
jatuh kepada’ yang dimaksud adalah jatuh cinta. Semua hidup, hakikatnya ‘jatuh
pada’ atau determin sehingga lahirlah aliran determin.
Orang yang suka menjatuh-jatuhkan sifat seperti “Eh, kamu tukang
terlambat!”. Padahal hanya terlambat sekali tapi sudah di-judge dan di-claim menjadi
tukang terlambat sehingga berdosalah orang itu (yang men-judge dan meng-claim). Seperti
saat ada direktur yang memberikan tanda tangan sehingga mahasiswa bisa yudisium,
hal ini termasuk ‘jatuh pada’. Hal ini juga terjadi saat bernafas, oksigen ‘jatuh
pada’ darahmu. Makan juga ‘jatuh pada’ darahmu.
Filsafat itu sama juga seperti keterkejutan. Ketidakpahaman adalah musuh
filsafat. Orang jawa atau orang timur mementingkan harmoni karena hidup itu
harmoni. Jika suka kejutan, maka itu adalah anak-anak. Sebagian menyukai
kejutan karena bagian dari observasi dari dunia tapi harus pada tempatnya.
Jangan sampai memberi kejutan kakek yang berulangtahun dengan petasan disetiap
sudut rumah.